Breaking News
Baik, berikut saya buatkan versi singkat Press Release Galaxy Monitor agar mudah dipublikasikan di portal berita atau media sosial: — PRESS RELEASE SINGKAT Galaxy Monitor: Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2025 Momentum Perkokoh Persatuan Bangsa Binjai, 1 Oktober 2025 — Pimpinan beserta keluarga besar Media Online Galaxy Monitor menyampaikan selamat memperingati Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2025. Momentum ini menjadi pengingat penting untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dari Sabang sampai Merauke, serta menjaga nilai-nilai Pancasila sebagai dasar dan ideologi pemersatu bangsa. > “Kami mengajak seluruh masyarakat untuk menjadikan Hari Kesaktian Pancasila sebagai semangat memperkuat persaudaraan dan membangun Indonesia lebih maju dan bermartabat,” ujar Pimpinan Galaxy Monitor. Dengan semangat “Salam Satu Pena”, keluarga besar Galaxy Monitor berkomitmen terus menghadirkan informasi yang mencerdaskan, mempererat persatuan, dan menjunjung tinggi profesionalitas pers. — Mau saya bantu buatkan juga versi caption singkat untuk Instagram/Facebook agar lebih menarik audiens online? Ribuan Orang Keracunan MBG di Bandung Barat Terungkap, Ini Penyebabnya!! Jawa Barat // Sebanyak 1.333 orang lebih menjadi korban keracunan akibat Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Bandung Barat (KBB). Ternyata keracunan ini disebabkan oleh bakteri, Senin.(30/9/25) Keracunan massal ini terjadi setelah para korban menyantap MBG di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, hingga penghitungan Jum’at (26/9) yang lalu. Selain di Bandung Barat, sebanyak 657 orang mengalami gejala keracunan akibat mengonsumsi MBG di Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut. Para korban keracunan pun beberapa sempat dipulangkan. Namun, ada pula korban yang datang kembali karena gejala muncul lagi. “Jadi semalam kami temukan 4 pasien KLB keracunan yang datang lagi padahal sebelumnya sudah dinyatakan membaik. Kebetulan saya kan ikut menangani langsung, jadi saya juga hafal betul wajahnya,” ujar Plt Kepala Dinas Kesehatan Bandung Barat Lia N. Sukandar. Setelah dilakukan penanganan medis, petugas kemudian melakukan anamnesa terhadap pasien tersebut. Anamnesa atau pengumpulan informasi medis melalui wawancara dengan pasien mengemukakan fakta bahwa penyebab gejala berulang itu karena keawaman pasien dan keluarga. “Jadi setelah kita tanya, mereka makan apa di rumah karena kan kita tidak tahu. Ternyata ada yang dikasih jeruk, terus makan ayam goreng, nah apakah itu beli atau masak sendiri kan kita nggak tahu. Jadi hal-hal itu yang membuat mereka bergejala lagi,” kata Lia. Petugas Siaga Dia pun menginstruksikan semua petugas yang siaga di posko penanganan GOR Kecamatan Cipongkor serta tempat penanganan pasien KLB keracunan lainnya agar mengedukasi pasien dan keluarganya soal apa yang boleh dikonsumsi di rumah setelah dinyatakan membaik. “Jadi saya sudah wanti-wanti ke petugas agar mengedukasi pasien bahwa ketika pulang dan dinyatakan membaik itu jangan makan yang macam-macam dulu. Cukup makan bubur saja dan harus yang dimasak sendiri,” ujar Lia. Saat ini di posko penanganan GOR Kecamatan Cipongkor tersisa 12 pasien keracunan massal. Ia siaga menerima pasien baru maupun pasien dengan gejala berulang. Bakteri Jadi Penyebab Keracunan Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jawa Barat mengungkapkan penyebab 1.333 orang ini. Ternyata penyebabnya karena bakteri Salmonella dan Bacillus cereus. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Labkesda Dinas Kesehatan Jawa Barat dr Ryan Bayusantika Ristandi menyampaikan bahwa bakteri ditemukan dari sampel makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diperiksa tim laboratorium. “Hasil pemeriksaan kami menunjukkan adanya bakteri pembusuk, yakni Salmonella dan Bacillus cereus yang berasal dari komponen karbohidrat dalam makanan,” kata Ryan. Dia menjelaskan, salah satu penyebab utama kontaminasi adalah rentang waktu penyiapan hingga penyajian makanan yang terlalu lama. Hal ini memungkinkan bakteri berkembang biak. Jika makanan disimpan pada suhu ruang lebih dari enam jam, apalagi tanpa pengontrolan suhu yang tepat, risiko tumbuhnya bakteri sangat tinggi,” ujarnya. Pentingnya Jaga Higienitas Ryan menekankan pentingnya menjaga higienitas dalam proses pengolahan makanan, mulai penggunaan air bersih hingga kebersihan petugas dapur. Dia menyarankan agar makanan disimpan pada suhu di atas 60 derajat Celsius atau di bawah 5 derajat Celsius untuk mencegah pembusukan. “Pemasak juga harus mengenakan sarung tangan, pakaian bersih, dan memastikan tidak ada terkontaminasi dari bahan lain,” tuturnya. Dinkes Jabar juga mengimbau semua pihak yang terlibat dalam program MBG untuk memperketat protokol keamanan pangan guna mencegah kejadian serupa terulang di masa mendatang. (Red/Tim) Ribuan Orang Keracunan MBG di Bandung Barat Terungkap, Ini Penyebabnya!! Jawa Barat // Sebanyak 1.333 orang lebih menjadi korban keracunan akibat Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Bandung Barat (KBB). Ternyata keracunan ini disebabkan oleh bakteri, Senin.(30/9/25) Keracunan massal ini terjadi setelah para korban menyantap MBG di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, hingga penghitungan Jum’at (26/9) yang lalu. Selain di Bandung Barat, sebanyak 657 orang mengalami gejala keracunan akibat mengonsumsi MBG di Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut. Para korban keracunan pun beberapa sempat dipulangkan. Namun, ada pula korban yang datang kembali karena gejala muncul lagi. “Jadi semalam kami temukan 4 pasien KLB keracunan yang datang lagi padahal sebelumnya sudah dinyatakan membaik. Kebetulan saya kan ikut menangani langsung, jadi saya juga hafal betul wajahnya,” ujar Plt Kepala Dinas Kesehatan Bandung Barat Lia N. Sukandar. Setelah dilakukan penanganan medis, petugas kemudian melakukan anamnesa terhadap pasien tersebut. Anamnesa atau pengumpulan informasi medis melalui wawancara dengan pasien mengemukakan fakta bahwa penyebab gejala berulang itu karena keawaman pasien dan keluarga. “Jadi setelah kita tanya, mereka makan apa di rumah karena kan kita tidak tahu. Ternyata ada yang dikasih jeruk, terus makan ayam goreng, nah apakah itu beli atau masak sendiri kan kita nggak tahu. Jadi hal-hal itu yang membuat mereka bergejala lagi,” kata Lia. Petugas Siaga Dia pun menginstruksikan semua petugas yang siaga di posko penanganan GOR Kecamatan Cipongkor serta tempat penanganan pasien KLB keracunan lainnya agar mengedukasi pasien dan keluarganya soal apa yang boleh dikonsumsi di rumah setelah dinyatakan membaik. “Jadi saya sudah wanti-wanti ke petugas agar mengedukasi pasien bahwa ketika pulang dan dinyatakan membaik itu jangan makan yang macam-macam dulu. Cukup makan bubur saja dan harus yang dimasak sendiri,” ujar Lia. Saat ini di posko penanganan GOR Kecamatan Cipongkor tersisa 12 pasien keracunan massal. Ia siaga menerima pasien baru maupun pasien dengan gejala berulang. Bakteri Jadi Penyebab Keracunan Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jawa Barat mengungkapkan penyebab 1.333 orang ini. Ternyata penyebabnya karena bakteri Salmonella dan Bacillus cereus. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Labkesda Dinas Kesehatan Jawa Barat dr Ryan Bayusantika Ristandi menyampaikan bahwa bakteri ditemukan dari sampel makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diperiksa tim laboratorium. “Hasil pemeriksaan kami menunjukkan adanya bakteri pembusuk, yakni Salmonella dan Bacillus cereus yang berasal dari komponen karbohidrat dalam makanan,” kata Ryan. Dia menjelaskan, salah satu penyebab utama kontaminasi adalah rentang waktu penyiapan hingga penyajian makanan yang terlalu lama. Hal ini memungkinkan bakteri berkembang biak. Jika makanan disimpan pada suhu ruang lebih dari enam jam, apalagi tanpa pengontrolan suhu yang tepat, risiko tumbuhnya bakteri sangat tinggi,” ujarnya. Pentingnya Jaga Higienitas Ryan menekankan pentingnya menjaga higienitas dalam proses pengolahan makanan, mulai penggunaan air bersih hingga kebersihan petugas dapur. Dia menyarankan agar makanan disimpan pada suhu di atas 60 derajat Celsius atau di bawah 5 derajat Celsius untuk mencegah pembusukan. “Pemasak juga harus mengenakan sarung tangan, pakaian bersih, dan memastikan tidak ada terkontaminasi dari bahan lain,” tuturnya. Dinkes Jabar juga mengimbau semua pihak yang terlibat dalam program MBG untuk memperketat protokol keamanan pangan guna mencegah kejadian serupa terulang di masa mendatang. (Red/Tim)
banner 728x250
Lihat Berdasarkan Tanggal
Uncategorized  

Ribuan Orang Keracunan MBG di Bandung Barat Terungkap, Ini Penyebabnya!! Jawa Barat // Sebanyak 1.333 orang lebih menjadi korban keracunan akibat Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Bandung Barat (KBB). Ternyata keracunan ini disebabkan oleh bakteri, Senin.(30/9/25) Keracunan massal ini terjadi setelah para korban menyantap MBG di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, hingga penghitungan Jum’at (26/9) yang lalu. Selain di Bandung Barat, sebanyak 657 orang mengalami gejala keracunan akibat mengonsumsi MBG di Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut. Para korban keracunan pun beberapa sempat dipulangkan. Namun, ada pula korban yang datang kembali karena gejala muncul lagi. “Jadi semalam kami temukan 4 pasien KLB keracunan yang datang lagi padahal sebelumnya sudah dinyatakan membaik. Kebetulan saya kan ikut menangani langsung, jadi saya juga hafal betul wajahnya,” ujar Plt Kepala Dinas Kesehatan Bandung Barat Lia N. Sukandar. Setelah dilakukan penanganan medis, petugas kemudian melakukan anamnesa terhadap pasien tersebut. Anamnesa atau pengumpulan informasi medis melalui wawancara dengan pasien mengemukakan fakta bahwa penyebab gejala berulang itu karena keawaman pasien dan keluarga. “Jadi setelah kita tanya, mereka makan apa di rumah karena kan kita tidak tahu. Ternyata ada yang dikasih jeruk, terus makan ayam goreng, nah apakah itu beli atau masak sendiri kan kita nggak tahu. Jadi hal-hal itu yang membuat mereka bergejala lagi,” kata Lia. Petugas Siaga Dia pun menginstruksikan semua petugas yang siaga di posko penanganan GOR Kecamatan Cipongkor serta tempat penanganan pasien KLB keracunan lainnya agar mengedukasi pasien dan keluarganya soal apa yang boleh dikonsumsi di rumah setelah dinyatakan membaik. “Jadi saya sudah wanti-wanti ke petugas agar mengedukasi pasien bahwa ketika pulang dan dinyatakan membaik itu jangan makan yang macam-macam dulu. Cukup makan bubur saja dan harus yang dimasak sendiri,” ujar Lia. Saat ini di posko penanganan GOR Kecamatan Cipongkor tersisa 12 pasien keracunan massal. Ia siaga menerima pasien baru maupun pasien dengan gejala berulang. Bakteri Jadi Penyebab Keracunan Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jawa Barat mengungkapkan penyebab 1.333 orang ini. Ternyata penyebabnya karena bakteri Salmonella dan Bacillus cereus. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Labkesda Dinas Kesehatan Jawa Barat dr Ryan Bayusantika Ristandi menyampaikan bahwa bakteri ditemukan dari sampel makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diperiksa tim laboratorium. “Hasil pemeriksaan kami menunjukkan adanya bakteri pembusuk, yakni Salmonella dan Bacillus cereus yang berasal dari komponen karbohidrat dalam makanan,” kata Ryan. Dia menjelaskan, salah satu penyebab utama kontaminasi adalah rentang waktu penyiapan hingga penyajian makanan yang terlalu lama. Hal ini memungkinkan bakteri berkembang biak. Jika makanan disimpan pada suhu ruang lebih dari enam jam, apalagi tanpa pengontrolan suhu yang tepat, risiko tumbuhnya bakteri sangat tinggi,” ujarnya. Pentingnya Jaga Higienitas Ryan menekankan pentingnya menjaga higienitas dalam proses pengolahan makanan, mulai penggunaan air bersih hingga kebersihan petugas dapur. Dia menyarankan agar makanan disimpan pada suhu di atas 60 derajat Celsius atau di bawah 5 derajat Celsius untuk mencegah pembusukan. “Pemasak juga harus mengenakan sarung tangan, pakaian bersih, dan memastikan tidak ada terkontaminasi dari bahan lain,” tuturnya. Dinkes Jabar juga mengimbau semua pihak yang terlibat dalam program MBG untuk memperketat protokol keamanan pangan guna mencegah kejadian serupa terulang di masa mendatang. (Red/Tim)

    Jawa Barat //Galaxy Monitor,id Sebanyak 1.333 orang lebih menjadi korban keracunan akibat Makan…

Uncategorized  

Ribuan Orang Keracunan MBG di Bandung Barat Terungkap, Ini Penyebabnya!! Jawa Barat // Sebanyak 1.333 orang lebih menjadi korban keracunan akibat Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Bandung Barat (KBB). Ternyata keracunan ini disebabkan oleh bakteri, Senin.(30/9/25) Keracunan massal ini terjadi setelah para korban menyantap MBG di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, hingga penghitungan Jum’at (26/9) yang lalu. Selain di Bandung Barat, sebanyak 657 orang mengalami gejala keracunan akibat mengonsumsi MBG di Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut. Para korban keracunan pun beberapa sempat dipulangkan. Namun, ada pula korban yang datang kembali karena gejala muncul lagi. “Jadi semalam kami temukan 4 pasien KLB keracunan yang datang lagi padahal sebelumnya sudah dinyatakan membaik. Kebetulan saya kan ikut menangani langsung, jadi saya juga hafal betul wajahnya,” ujar Plt Kepala Dinas Kesehatan Bandung Barat Lia N. Sukandar. Setelah dilakukan penanganan medis, petugas kemudian melakukan anamnesa terhadap pasien tersebut. Anamnesa atau pengumpulan informasi medis melalui wawancara dengan pasien mengemukakan fakta bahwa penyebab gejala berulang itu karena keawaman pasien dan keluarga. “Jadi setelah kita tanya, mereka makan apa di rumah karena kan kita tidak tahu. Ternyata ada yang dikasih jeruk, terus makan ayam goreng, nah apakah itu beli atau masak sendiri kan kita nggak tahu. Jadi hal-hal itu yang membuat mereka bergejala lagi,” kata Lia. Petugas Siaga Dia pun menginstruksikan semua petugas yang siaga di posko penanganan GOR Kecamatan Cipongkor serta tempat penanganan pasien KLB keracunan lainnya agar mengedukasi pasien dan keluarganya soal apa yang boleh dikonsumsi di rumah setelah dinyatakan membaik. “Jadi saya sudah wanti-wanti ke petugas agar mengedukasi pasien bahwa ketika pulang dan dinyatakan membaik itu jangan makan yang macam-macam dulu. Cukup makan bubur saja dan harus yang dimasak sendiri,” ujar Lia. Saat ini di posko penanganan GOR Kecamatan Cipongkor tersisa 12 pasien keracunan massal. Ia siaga menerima pasien baru maupun pasien dengan gejala berulang. Bakteri Jadi Penyebab Keracunan Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jawa Barat mengungkapkan penyebab 1.333 orang ini. Ternyata penyebabnya karena bakteri Salmonella dan Bacillus cereus. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Labkesda Dinas Kesehatan Jawa Barat dr Ryan Bayusantika Ristandi menyampaikan bahwa bakteri ditemukan dari sampel makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diperiksa tim laboratorium. “Hasil pemeriksaan kami menunjukkan adanya bakteri pembusuk, yakni Salmonella dan Bacillus cereus yang berasal dari komponen karbohidrat dalam makanan,” kata Ryan. Dia menjelaskan, salah satu penyebab utama kontaminasi adalah rentang waktu penyiapan hingga penyajian makanan yang terlalu lama. Hal ini memungkinkan bakteri berkembang biak. Jika makanan disimpan pada suhu ruang lebih dari enam jam, apalagi tanpa pengontrolan suhu yang tepat, risiko tumbuhnya bakteri sangat tinggi,” ujarnya. Pentingnya Jaga Higienitas Ryan menekankan pentingnya menjaga higienitas dalam proses pengolahan makanan, mulai penggunaan air bersih hingga kebersihan petugas dapur. Dia menyarankan agar makanan disimpan pada suhu di atas 60 derajat Celsius atau di bawah 5 derajat Celsius untuk mencegah pembusukan. “Pemasak juga harus mengenakan sarung tangan, pakaian bersih, dan memastikan tidak ada terkontaminasi dari bahan lain,” tuturnya. Dinkes Jabar juga mengimbau semua pihak yang terlibat dalam program MBG untuk memperketat protokol keamanan pangan guna mencegah kejadian serupa terulang di masa mendatang. (Red/Tim)

  Jawa Barat //Galaxy Monitor Sebanyak 1.333 orang lebih menjadi korban keracunan akibat Makan Bergizi…

Uncategorized  

Pelindo Regional 1 Ikuti Lomba Booth Antar Regional di Pelindo Forum Ciawi Ciawi, Jawa Barat — PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo Regional 1 turut ambil bagian dalam lomba booth antar regional pada ajang Pelindo Forum yang berlangsung di Selasar Pendulum PMII, Ciawi, pada tanggal 29 – 30 September 2025. Keikutsertaan Regional 1 dalam kompetisi ini menjadi wujud semangat menampilkan inovasi, layanan, dan capaian perusahaan di hadapan jajaran Direksi, Komisaris maupun para pemangku kepentingan. Booth yang dipamerkan tidak hanya menampilkan informasi seputar operasional kepelabuhanan, melainkan juga menonjolkan program-program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL), serta inisiatif digitalisasi yang tengah dikembangkan. Pelindo Forum sendiri merupakan agenda strategis perusahaan yang mempertemukan seluruh Regional, Sub holding, Anak Perusahaan dan Pelindo Grup lainnya, dalam satu wadah untuk berbagi gagasan, memperkuat sinergi, dan mendorong peningkatan kinerja korporasi. Ajang ini juga menjadi sarana bagi masing-masing regional untuk menunjukkan kreativitas sekaligus memperkuat identitas daerah operasionalnya. Manager Hukum dan Humas Pelindo Regional 1, Fadillah Haryono mengatakan, partisipasi ini merupakan kesempatan untuk memperlihatkan potensi dan kinerja Regional 1 kepada seluruh insan Pelindo. “Lewat lomba booth ini, kami ingin menunjukkan komitmen Pelindo Regional 1 dalam memberikan pelayanan terbaik, sekaligus menghadirkan inovasi yang mendukung visi perusahaan Menjadi pemimpin ekosistem maritim terintegrasi dan berkelas dunia,” ujarnya. Melalui partisipasi dalam lomba booth, Pelindo Regional 1 berharap dapat memberikan inspirasi baru bagi pengembangan layanan kepelabuhanan, sekaligus mempererat kebersamaan antar Regional dalam bingkai transformasi perusahaan pasca penggabungan Pelindo.

  Ciawi, Jawa Barat — Galaxy Monitor – PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo Regional…

Uncategorized  

Himbauan/informasi kepada Masyarakat Kota Medan dan sekitarnya, dimana akan diberlakukan Rekayasa Lalu-lintas di Jl. Lapangan Merdeka Kota Medan selama tanggal 30 September 2025 s.d 5 Oktober 2025 pada rangkaian acara HUT Ke-80 TNI tahun 2025 oleh satuan Pomdam I/BB berkerjasama dengan Polda Sumut, Dishub provinsi, Polrestabes Medan, Dishub Kota Medan dan Satpol PP Kota Medan guna menekan terjadinya kemacetan di seputaran Jl. Lapangan Merdeka. Jadwal diberlakukan Rekayasa Lalu lintas pada Jl. Lap. Merdeka sbb: 1. Tanggal 30 September 2025 Akan diberlakukan Rekayasa Lalu-lintas mulai pukul 06.00 WIB s.d 12.00 WIB selama kegiatan Gladi perangkat Acara. 2. Tanggal 1 s.d 3 Oktober 2025 Akan diberlakukan Rekayasa Lalu-lintas mulai pukul 06.00 WIB s.d 12.00 WIB selama kegiatan Gladi kotor dan bersih. 3. Tanggal 5 Oktober 2025 selama puncak acara HUT Ke-80 TNI tahun 2025. Akan diberlakukan Rekayasa lalu-lintas mulai pukul 00.00 WIB s.d 15.00 WIB. Berikut rute Rekayasa Lalu-lintas pada Jl. Lap. Merdeka Kota Medan dan sekitarnya. 1. TUJUAN ARAH DARI JL. PEMUDA MENUJU JL. PUTRI HIJAU * Jl. Pemuda – Jl. Palang Merah – Jl. MT. Yakin – Jl. Merak Jingga – Jl. P. Kemerdekaan – Jl. Putri Hijau. 2. TUJUAN ARAH DARI JL. PEMUDA MENUJU GATOT SUBROTO/SKIP * Jl. Pemuda – Jl. Palang Merah – Jl. Z. Arifin – Jl. S. Parman – Jl. Gelugur – Jl. Gatot Subroto. 3. TUJUAN ARAH DARI JL. GATOT SUBROTO MENUJU PUTERI HIJAU * Jl. Gatsu – Jl. Iskandar Muda – Jl. Gajah Mada – Jl. Kejaksaan – Jl. Raden Saleh – Jl. Imam Bonjol – Jl. Suprapto – Jl. Pemuda – Jl. MT. Hariono – Jl. Sutomo – Jl. H.M. Yamin – Jl. Merak Jingga – Jl. Jl. P. Kemerdekaan – Jl. Putri Hijau. 4. TUJUAN ARAH DARI JL. H.M. YAMIN MENUJU AMPLAS * Jl. HM. Yamin – Jl. Stasiun – Over Pass Stasiun – Jl. Stasiun – Jl. MT. Hariono – Jl. Cirebon – Jl. SM. Raja – Amplas. ⁠Demikian yang dapat kami Informasikan kepada seluruh masyarakat Kota Medan dan sekitarnya. Mohon Maaf mengganggu kenyamanan perjalanan anda, Jl. lapangan Merdeka dan sekitarnya sementara waktu ditutup dan dialihkan selama rangkaian kegiatan acara HUT Ke-80 TNI Tahun 2025. Terimakasih🙏🙏

Himbauan/informasi kepada Masyarakat Kota Medan dan sekitarnya, dimana akan diberlakukan Rekayasa Lalu-lintas di Jl. Lapangan…

Uncategorized  

Dibalik Layar Demokrasi: ‘Jeritan Jurnalis Independen yang Tak Terdengar!!’ Sumatera Utara // Katanya, jurnalisme adalah pilar demokrasi. Tapi, coba tengok nasib para jurnalis independen yang berjuang sendirian. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa, atau mungkin lebih tepatnya, badut di panggung kekuasaan yang sesekali diizinkan tampil, Sabtu.(27/9/25) Terikat Undang-Undang Pers dan Kode Etik Jurnalistik, mereka diharapkan menjadi anjing penjaga kebenaran. Tapi, di tengah hutan belantara informasi dan kepentingan, siapa yang menjaga anjing penjaga itu sendiri?. Di era digital yang katanya serba bebas ini, media online mandiri bermunculan bagai jamur di musim hujan. Namun, jangan tertipu dengan gemerlap dunia maya. Di balik layar, para jurnalis independen ini berdarah-darah demi mempertahankan eksistensi. Mereka adalah “one-man show” yang harus melakukan segalanya sendiri, dari mencari berita, menulis, mengedit, mempublikasikan, hingga membayar tagihan hosting. Sebuah orkestra tunggal yang tak pernah mendapat tepuk tangan meriah. “Idealisme?, Tentu saja!”, Para jurnalis independen ini punya keyakinan kuat untuk menyajikan informasi yang akurat, berimbang, dan bermanfaat bagi masyarakat. Mereka ingin menjadi suara bagi mereka yang tidak terdengar, mengungkap fakta-fakta yang disembunyikan, dan mengawasi jalannya pemerintahan. Namun, idealisme saja tidak cukup untuk membeli beras, apalagi membayar sewa kontrakan. Ironisnya, banyak jurnalis independen yang harus mencari penghasilan tambahan di luar dunia jurnalistik. Ada yang menjadi penulis lepas, konsultan media sosial, atau bahkan berjualan online. Mereka bekerja keras untuk menghidupi diri sendiri dan keluarga, sementara media online mereka terbengkalai. Sungguh pilu!, Seperti kata pepatah Jawa, “Jer Basuki Mawa Beya”, untuk mencapai kesuksesan memang dibutuhkan pengorbanan. Namun, pengorbanan seperti apa yang pantas untuk sebuah idealisme yang tak dihargai, bahkan seringkali diinjak-injak?. Jangan harap para narasumber akan menghargai keberadaan jurnalis independen. Bagi mereka, media online mandiri hanyalah secuil debu di antara media mainstream yang gemerlap. Mereka lebih memilih untuk memberikan informasi kepada media yang lebih populer, tanpa peduli dengan upaya jurnalis independen yang juga ingin berkontribusi dalam menyebarkan informasi. Lebih parah lagi, tak jarang para jurnalis independen ini harus menghadapi perlakuan tidak pantas dari pihak tertentu atau oknum pejabat. Mereka diremehkan, diintimidasi, bahkan dihalang-halangi dalam menjalankan tugas jurnalistik. Pernahkah kita mendengar kisah jurnalis yang diusir dari acara publik, atau diancam hanya karena bertanya terlalu kritis?, Beberapa oknum bahkan tak segan-segan melontarkan kata-kata kasar atau melakukan tindakan kekerasan, seolah mereka pengganggu, bukan pencari kebenaran. Luka ini semakin menganga ketika para pelaku seolah kebal hukum dan bebas berkeliaran. Sungguh ironis!. Yang lebih menyakitkan, terkadang ada narasumber yang seolah-olah butuh kehadiran jurnalis independen untuk meliput acara atau kegiatan mereka. Padahal, narasumber sangat memerlukan karya-karya para jurnalis ini untuk mempublikasikan atau pencitraan profil dan aktivitas mereka. Mereka butuh sorotan, butuh pengakuan, butuh “branding” gratis. Akan tetapi, sering kali mereka tidak pernah merasa bahwa peranan para jurnalis ini memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan mereka. Setelah para jurnalis ini bersusah payah meliput, menulis, dan mempublikasikan berita, mereka justru diperlakukan dengan tidak hormat. Jangankan memberikan penghargaan atau penghormatan, ucapan terima kasih pun jarang terdengar. Rasanya seperti peribahasa Sunda, “Kawas Cileuncang jauh ka tegalan,” usaha yang sia-sia karena tak dihargai, bak air genangan yang tak pernah mencapai ladang yang kering. Padahal, alangkah indahnya jika para narasumber ini memberikan sedikit “Persembahan Kasih”, sebagai ucapan terima kasih atas kerja keras para jurnalis. Bukan soal materi semata, tapi lebih kepada bentuk apresiasi dan pengakuan atas kontribusi mereka yang tak ternilai dalam membangun citra dan menyebarkan informasi. Sayangnya, hal ini masih menjadi mimpi di siang bolong. Sungguh memilukan! Jurnalis independen itu seperti lilin yang rela membakar diri sendiri demi menerangi kegelapan. Mereka berkorban demi menyajikan informasi yang benar dan akurat kepada masyarakat. Namun, seringkali mereka dilupakan dan diabaikan, sementara para pejabat dan narasumber lebih memilih untuk bersinar dengan lentera yang terang benderang. “Mereka lupa, lentera itu tidak akan menyala tanpa lilin yang rela berkorban!!”. Atau, mungkin lebih tepatnya, jurnalis independen itu seperti petani yang menanam padi di sawah. Mereka bekerja keras membajak sawah, menanam bibit, dan merawat tanaman. Namun, ketika panen tiba, mereka hanya mendapatkan sedikit hasil, sementara para tengkulak dan pedagang besar yang menikmati keuntungan berlimpah, Sungguh tidak adil. Meski menghadapi berbagai tantangan, jurnalis independen tidak menyerah. Mereka terus berjuang dengan kreativitas dan inovasi. Mereka memanfaatkan media sosial untuk memperluas jangkauan audiens, membangun jaringan dengan komunitas, dan mencari sumber pendanaan alternatif. “Biar lambat asal selamat,” mungkin itu yang menjadi pegangan mereka, seperti peribahasa Minahasa. Lebih baik berhati-hati dan tetap berpegang pada etika, daripada terburu-buru dan mengorbankan idealisme. Namun, sampai kapan mereka mampu bertahan sendirian?. Memang tidak semua pejabat atau narasumber bersikap demikian. Ada pula yang menghargai dan mendukung kerja keras jurnalis independen. Namun, jumlah mereka masih terlalu sedikit untuk menciptakan perubahan signifikan. Kehadiran jurnalis independen adalah aset berharga bagi dunia jurnalistik dan demokrasi kita. Mereka memberikan warna baru, perspektif yang berbeda, dan keberanian untuk mengangkat isu-isu yang mungkin terabaikan oleh media mainstream. Jika kita tidak ingin melihat pilar demokrasi ini runtuh, sudah saatnya kita semua bergerak. Dukungan bisa datang dalam berbagai bentuk: membaca dan membagikan karya mereka, memberikan donasi kecil, atau bahkan sekadar menyuarakan apresiasi. Jangan biarkan mereka berjuang sendirian, karena jika suatu saat nanti mereka menyerah dan memilih untuk menjadi badut sungguhan di panggung hiburan, maka yang rugi adalah kita semua, masyarakat yang kehilangan mata dan telinga kebenaran. Semoga artikel ini bisa membuka mata hati kita semua, dan menyadarkan bahwa menjaga jurnalisme independen adalah menjaga demokrasi itu sendiri.(Red/Tim) Sumber: Romo Kefas (Kefas Hervin Devananda). Penulis adalah salah seorang jurnalis  di Pewarna Indonesia yang aktif mengangkat isu-isu kebebasan beragama dan hak asasi manusia. Dedikasinya dalam dunia jurnalistik telah memberikan kontribusi nyata dalam menyuarakan kebenaran.”

    Sumatera Utara // Galaxy Monitor,27 September 2025 Katanya, jurnalisme adalah pilar demokrasi. Tapi,…

Tidak Ada Postingan Lagi.

Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.